Anime Temptation

Anime Temptation
Iseng buat hiburan

Sebuah keberhasilan memerlukan pengorbanan.

Sebuah pengorbanan bukanlah sesuatu yang menyulitkan.

Apa yang telah kau tempuh bukanlah sesuatu yang harus kau sesali.

Semua yang kan terjadi hanyalah sekedar dilema yang akan menuntunmu dan menguatkan jiwamu.

Puncak sebuah bukit, semakin dekat, akan semakin berat tuk ditempuh. Namun sabarlah, tetap langkahkan kakimu selangkah demi selangkah. Dan puncak bukit itu pun kan dapat kau pijak dan kau dapat tancapkan bendera kemenanganmu.

Jumat, 25 Desember 2009

ZERO [NOL]



Hari ini buatlah sebuah perayaan tanpa alasan. Nyalakan lilin di atas sepotong kue, makanlah satu scoop ekstra es krim. Kamu sedang bersyukur untuk nol, atau ketiadaan, karena ketiadaan adalah tempat semua hal tak terlihat berasal.

“Nol selalu menjadi angka Tuhan,” kata seorang bijak. “Karena jika kamu mengalikan nol dengan nol, membagi nol dengan nol, atau bahkan menambahkan deretan tak terbatas angka nol dengan sebuah nol, jawabannya akan selalu nol. Sama seperti tuhan, kamu tak akan dapat menambahkan, mengurangi, mengalikan, atau membagi Tuhan tanpa mendapatkan Tuhan sebagai hasil akhir.”[1]

Kapanpun kamu merasa menghadapi kemungkinan nol, sadarlah bahwa kamu sebenarnya sedang menghadapi sebuah kemungkinan tak terbatas. Nol bukanlah titik akhir, dia merupakan sebuah titik awal. Dia adalah kehampaan kosong yang melahirkan keseluruhan alam semesta. Dan jika suatu hari kamu merasa sangat sedih, sampai-sampai kamu tergoda untuk bilang, “ I’m nothing (saya sama sekali tak berarti) ”, berhenti dan sadarilah bahwa kamu mulai menyadari diri kamu sebagai “ No-thing (bukan benda) ”, karena kamu adalah sebuah jiwa. Kamu bukan benda tak berdaya, hal itulah yang membuat kamu mirip dengan Tuhan, dan kalau kamu tidak mempunyai apa pun – ketika kamu berada dalam ketiadaan, maka sebenarnya kamu mempunyai kemungkinan tak terbatas yang sedang menunggu untuk dilahirkan.

Kebanyakan dari kita dalam menghadapi suatu permasalahan selalu melihat hanya sisi negatifnya, padahal setiap masalah memiliki tidak hanya satu sisi melainkan dua, yaitu sisi positif dan negatif. Jika kita hanya memandang sisi negatifnya saja, maka masalah sekecil apa pun yang kita hadapi akan terasa amat berat kita jalani; namun sebaliknya, jika yang kita lihat adalah sisi positifnya, maka sebesar apa pun masalah, akan terasa begitu ringan kita hadapi.

Dalam taraf yang lebih tinggi, memilih tidaklah hanya mengambil satu sisi saja melainkan keduanya. Namun, unsur utama pengambilan dua sisi tersebut adalah kebijaksanaan. Karena tanpa kebijaksanaan, keduanya tidak akan dapat diseimbangkan. Dalam sebuah ungkapan dikatakan, “Cahaya dan kegelapan, keindahan dan keburukan, kebaiikan dan kejahatan, semuanya mempunyai dua sisi dan akan berubah sesuai dengan iramanya. Jangan mengambil salah satunya, melainkan persiapkanlah diri untuk menerima keduanya.”[2] Dari preposisi tersebut kita dapat melihat adanya suatu keseimbangan yang terjadi sebagai siklus kehidupan, seperti adanya siang dan malam yang terus terjadi bergantian dan kita sebagai manusia tak dapat menepis salah satunya karena keduanya merupakan ketentuan yang sudah seharusnya. Demikian pulalah dua sisi itu terjadi dalam hidup kita, namun kita juga tak dapat menepis kenyataan bahwa tidak semua orang dapat melihat dua sisi tersebut. Karenanya, jika kita hanya dapat melihat satu sisi, berusahalah untuk melihat sisi positifnya saja, jangan sebaliknya.

Mungkin memang benar bahwa untuk menjalaninya – memandang masalah hanya pada sisi positifnya – tidak semudah mengucapkannya, namun akan jadi teramat salah jika kita tidak pernah mau mencobanya. Karena hidup adalah sebuah pilihan. Mau diarahkan kemana hidup kita, itu terserah kita. Bahagia atau sengsara, sedih atau berduka, menangis atau tertawa, itu juga merupakan sebuah pilihan karena semuanya berhubungan dengan perasaan. Dan taukah kamu? Bahwa sesungguhnya perasaan itu dapat dikendalikan.

Karenanya, jadilah kamu kuat agar perasaanmu takluk terhadapmu serta bisa kamu kendalikan, karena kamulah yang menjadi tuannya. Jangan pernah mau terseret oleh perasaan tanpa memegang kendalinya, karena hal itu menunjukkan bahwa kamu lemah.

Yakinlah bahwa dalam dirimu tersimpan satu kekuatan amat dahsyat yang jika dikeluarkan akan dapat merobohkan benteng paling kokoh sekalipun. Untuk itu, kamu harus terus berjuang karena perjalanan hidup amatlah panjang dan melelahkan. Hanya yang kuat dapat bertahan, sementara yang lemah akan mati.

Hidup tidak hanya sekedar bernyawa, bernafas dan bergerak, melainkan juga hidup adalah berkreasi, bercita-cita, bermanfaat bagi sesama, serta berjuang untuk hidup yang kita pertahankan. Demikian pula dengan kematian, tidak hanya berarti bahwa tidak lagi bernyawa, melainkan juga dapat berarti tidak memiliki keinginan dan cita-cita, serta tidak berjuang demi mempertahankan sesuatu. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena hidup juga adalah perjuangan. Apa yang kamu perjuangkan, itulah hidupmu.

Selamat berjuang dan raihlah kebahagiaan dalam kehidupanmu.

“Yang harus kau jaga dan lindungi adalah apa yang paling berharga dalam hidupmu,
dan itu adalah…
orang yang paling kau sayangi” [naruto 030907]


[1] Deepak Chopra, Fire In The Heart.
[2] Shaman king

REVOLUSI [Part 1]

Keheningan ini…

Laksana kebisuan yang terpendam ratusan tahun.

Ada gelisah di sini…

Menggerogoti selaput syaraf yang membeku.

Ingin rasa terbang lepas dari semua ini…

Tapi hati mulai terbiasa jalani segala.

Ketidakmampuan memaksaku berhenti melangkah,

Bahkan sebelum aku terjatuh dengan sendirinya.

Namun…

Meski semua begitu mengekang,

Aku kan tetap tenang.

Karena jiwaku masih bersamaku.

Kan kugoreskan tinta merah yang berasal dari darah perjuanganku

Hanya untuk menuliskan satu kata…


REVOLUSI!

(Fajar)

PARADOKS

Hi! Pa kabar...?

What’s up...

Entah dari mana aku harus memulainya, aku juga bingung. Sebab memang sudah lama sekali aku tidak menorehkan karyaku di kertas lusuh seperti ini. Entah sejak kapan aku berhenti, aku tak tau pasti. Tapi yang pasti kutau adalah bahwa sudah lama sekali aku tidak melakukannya.

Kadang aku merenung dan kemudian tertawa sendiri ketika sadar dengan kelakuanku. Aku sering memberikan semangat kepada orang-orang agar terus berkarya tanpa peduli apakah berkarya bersama atau sendirian. Aku terus mengajari orang-orang bahwa meskipun sendirian kita tetap dapat berkarya, dan karya kita akan semakin bernilai karena kitalah satu-satunya orang yang berkarya. Tapi kenyataannya adalah justru aku yang tidak melakukan apa-apa. Lucu khan..?!

Aku selalu memandang kehidupan ini adalah seni, jadi aku menjalaninya sebagai seorang seniman kehidupan yang memandang semuanya sering kali bertolak belakang dengan pandangan orang lain. Aku banyak mempelajari bahwa sebenarnya apa-apa yang kita alami dalam kehidupan yang kita jalani selama ini adalah baik, meski sering kali kita tidak menyadarinya. Dan tak jarang kita menilainya buruk. Di situlah seninya!

Tau maksudku?

Mungkin jawabannya tidak. Tapi aku yakin kalian mulai menyadarinya.

Aku pernah mendengar pernyataan begini:

“Kenapa Tuhan begitu jahat? Orang-orang miskin banyak yang mati karena berbagai musibah. Ada yang tertimbun tanah longsor, ada yang terkena tsunami, ada yang tertimpa pohon tumbang karena angin, dan berbagai musibah lainnya. Dan bayangkan! Yang mati tidak satu atau dua orang saja, melainkan puluhan bahkan ada yang ratusan. Tuhan seperti gangster yang sering membantai orang-orang lemah”.

Kemudian seorang yang (menurutku) bijaksana tapi humoris, dengan santai dan sambil tersenyum menjawab:

“Kamu tau ga? Justru Tuhan itu baik. Kalau ga baik, pasti Tuhan ga langsung membunuh mereka. Tuhan bakalan kasih mereka sakit jantung, stroke parah, kanker, atau penyakit lainnya yang kamu tau sendiri khan? Biaya berobatnya mahal. Tuhan bakal bikin mereka keluarin biaya yang sangat mahal, yang mungkin mereka ga akan sanggup bayar, kemudian baru Tuhan akan cabut nyawa mereka. Tapi kenyataannya, justru karena Tuhan itu baik makanya Tuhan kasih mereka mati gratis”.

Bagaimana sekarang, sudah mulai mengerti?

Kuharap begitu. Pernyataan di atas sebenarnya hanyalah contoh kecil dari banyak kejadian yang kita alami di sekitar kita. Hanya saja mungkin kita tidak menyadarinya. Sering kali kita mengeluhkan ini itu, padahal yang seharusnya kita lakukan adalah bersyukur. Tapi lagi-lagi aku memandangnya sebagai seni. Kita melakukan hal yang bertentangan dengan yang seharusnya. Tapi lagi, menurutku keluhan-keluhan kita juga bisa berarti sebagai ungkapan syukur kita atas apa yang telah terjadi, karena itu menunjukkan bahwa kita masih peduli dengan apa yang terjadi. Karena menurutku peduli merupakan salah satu ekspresi dari rasa syukur itu. Setuju? (tidak juga tidak apa-apa). (Fajar)

Jumat, 18 Desember 2009