Anime Temptation

Anime Temptation
Iseng buat hiburan

Sebuah keberhasilan memerlukan pengorbanan.

Sebuah pengorbanan bukanlah sesuatu yang menyulitkan.

Apa yang telah kau tempuh bukanlah sesuatu yang harus kau sesali.

Semua yang kan terjadi hanyalah sekedar dilema yang akan menuntunmu dan menguatkan jiwamu.

Puncak sebuah bukit, semakin dekat, akan semakin berat tuk ditempuh. Namun sabarlah, tetap langkahkan kakimu selangkah demi selangkah. Dan puncak bukit itu pun kan dapat kau pijak dan kau dapat tancapkan bendera kemenanganmu.

Sabtu, 19 Maret 2011

Cara Bikin "Tulisan Kebalik" di Facebook

Yah.....
Buat kalian-kalian yang pengen ngeksis di dunia maya yang namanya Fesbuk, banyak cara buat ngeksis.
Tapi tiap-tiap orang punya cara beda-beda buat nunjukkin eksistensinya. Ada yang majang poto narsis, nge-upload video yang juga narsis, atau yang kreatif bikin tampilan fesbuknya jadi unik.
Nah, untuk yang satu ini, spesial buat kalian yang pengen nampilin tulisan unik di fesbuk yaitu "tulisan kebalik".
Dengan ini, kalian bisa nulis2 status, kasih2 komen, atau nulis profil pake tulisan kebalik.

Mau tau caranya?

Ikutin langkah2nya yah........

Pertama, Buka Fesbuk kalian!

Kedua, kalian kunjungi situs yang bisa bikin "tulisan kebalik" di sini

Ketiga, kalian masukin kata2 yang ingin kalian tulis kebalik. nanti ada kotak dibawah tulisan kalian yang otomatis ngebalik kata2 yang kalian ketik.

Keempat, Copy kata2 yang ada di bawah kotak yang kalian ketik (kata2 yang udah kebalik)


Trus.... langkah terakhir yaitu, Paste kata2 yang kalian Copy tadi ke fesbuk.

Gampang kan.........
Selamat mencoba......

Jumat, 12 Februari 2010

BERJUANGLAH, NAK!

Februari tlah memasuki pertengahan bulan,
Maret kan segera datang,
Ujian akhir kan segera menjelang.
Tiba saatnya kalian menghadapi babak baru dalam masa muda kalian.
Babak yang sangat menentukan, untuk pembuktian diri bahwa kalian mampu menjadi yang terbaik.
Yakinlah bahwa kalian dianugerahi potensi yang tak terbatas,
dan tunjukkan pada dunia bahwa kalian bisa.
Hanya harap beriring do'a yang bisa bapak persembahkan bagi kalian, wahai putra-putri Az-Zahra.
Berkilaulah dengan cemerlang!
Tunjukkan dalam pentas dunia bahwa kalianlah pemenang di setiap arena.
ayo anak-anakku, kobarkan semangat dan biarkan semangat itu membara dalam diri kalian.
Ketahuilah...
apapun hasil yang kalian peroleh, bapak bangga terhadap kalian.
Percayalah... Nak.
maka Berjuanglah, Nak!
Kami merestui kalian...
 
GANBATTE!!!
SEMANGADH.....

(Tulisan ini didedikasikan khusus untuk putra-putri Az-Zahra yang kan Menempuh UN)

Jumat, 25 Desember 2009

ZERO [NOL]



Hari ini buatlah sebuah perayaan tanpa alasan. Nyalakan lilin di atas sepotong kue, makanlah satu scoop ekstra es krim. Kamu sedang bersyukur untuk nol, atau ketiadaan, karena ketiadaan adalah tempat semua hal tak terlihat berasal.

“Nol selalu menjadi angka Tuhan,” kata seorang bijak. “Karena jika kamu mengalikan nol dengan nol, membagi nol dengan nol, atau bahkan menambahkan deretan tak terbatas angka nol dengan sebuah nol, jawabannya akan selalu nol. Sama seperti tuhan, kamu tak akan dapat menambahkan, mengurangi, mengalikan, atau membagi Tuhan tanpa mendapatkan Tuhan sebagai hasil akhir.”[1]

Kapanpun kamu merasa menghadapi kemungkinan nol, sadarlah bahwa kamu sebenarnya sedang menghadapi sebuah kemungkinan tak terbatas. Nol bukanlah titik akhir, dia merupakan sebuah titik awal. Dia adalah kehampaan kosong yang melahirkan keseluruhan alam semesta. Dan jika suatu hari kamu merasa sangat sedih, sampai-sampai kamu tergoda untuk bilang, “ I’m nothing (saya sama sekali tak berarti) ”, berhenti dan sadarilah bahwa kamu mulai menyadari diri kamu sebagai “ No-thing (bukan benda) ”, karena kamu adalah sebuah jiwa. Kamu bukan benda tak berdaya, hal itulah yang membuat kamu mirip dengan Tuhan, dan kalau kamu tidak mempunyai apa pun – ketika kamu berada dalam ketiadaan, maka sebenarnya kamu mempunyai kemungkinan tak terbatas yang sedang menunggu untuk dilahirkan.

Kebanyakan dari kita dalam menghadapi suatu permasalahan selalu melihat hanya sisi negatifnya, padahal setiap masalah memiliki tidak hanya satu sisi melainkan dua, yaitu sisi positif dan negatif. Jika kita hanya memandang sisi negatifnya saja, maka masalah sekecil apa pun yang kita hadapi akan terasa amat berat kita jalani; namun sebaliknya, jika yang kita lihat adalah sisi positifnya, maka sebesar apa pun masalah, akan terasa begitu ringan kita hadapi.

Dalam taraf yang lebih tinggi, memilih tidaklah hanya mengambil satu sisi saja melainkan keduanya. Namun, unsur utama pengambilan dua sisi tersebut adalah kebijaksanaan. Karena tanpa kebijaksanaan, keduanya tidak akan dapat diseimbangkan. Dalam sebuah ungkapan dikatakan, “Cahaya dan kegelapan, keindahan dan keburukan, kebaiikan dan kejahatan, semuanya mempunyai dua sisi dan akan berubah sesuai dengan iramanya. Jangan mengambil salah satunya, melainkan persiapkanlah diri untuk menerima keduanya.”[2] Dari preposisi tersebut kita dapat melihat adanya suatu keseimbangan yang terjadi sebagai siklus kehidupan, seperti adanya siang dan malam yang terus terjadi bergantian dan kita sebagai manusia tak dapat menepis salah satunya karena keduanya merupakan ketentuan yang sudah seharusnya. Demikian pulalah dua sisi itu terjadi dalam hidup kita, namun kita juga tak dapat menepis kenyataan bahwa tidak semua orang dapat melihat dua sisi tersebut. Karenanya, jika kita hanya dapat melihat satu sisi, berusahalah untuk melihat sisi positifnya saja, jangan sebaliknya.

Mungkin memang benar bahwa untuk menjalaninya – memandang masalah hanya pada sisi positifnya – tidak semudah mengucapkannya, namun akan jadi teramat salah jika kita tidak pernah mau mencobanya. Karena hidup adalah sebuah pilihan. Mau diarahkan kemana hidup kita, itu terserah kita. Bahagia atau sengsara, sedih atau berduka, menangis atau tertawa, itu juga merupakan sebuah pilihan karena semuanya berhubungan dengan perasaan. Dan taukah kamu? Bahwa sesungguhnya perasaan itu dapat dikendalikan.

Karenanya, jadilah kamu kuat agar perasaanmu takluk terhadapmu serta bisa kamu kendalikan, karena kamulah yang menjadi tuannya. Jangan pernah mau terseret oleh perasaan tanpa memegang kendalinya, karena hal itu menunjukkan bahwa kamu lemah.

Yakinlah bahwa dalam dirimu tersimpan satu kekuatan amat dahsyat yang jika dikeluarkan akan dapat merobohkan benteng paling kokoh sekalipun. Untuk itu, kamu harus terus berjuang karena perjalanan hidup amatlah panjang dan melelahkan. Hanya yang kuat dapat bertahan, sementara yang lemah akan mati.

Hidup tidak hanya sekedar bernyawa, bernafas dan bergerak, melainkan juga hidup adalah berkreasi, bercita-cita, bermanfaat bagi sesama, serta berjuang untuk hidup yang kita pertahankan. Demikian pula dengan kematian, tidak hanya berarti bahwa tidak lagi bernyawa, melainkan juga dapat berarti tidak memiliki keinginan dan cita-cita, serta tidak berjuang demi mempertahankan sesuatu. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena hidup juga adalah perjuangan. Apa yang kamu perjuangkan, itulah hidupmu.

Selamat berjuang dan raihlah kebahagiaan dalam kehidupanmu.

“Yang harus kau jaga dan lindungi adalah apa yang paling berharga dalam hidupmu,
dan itu adalah…
orang yang paling kau sayangi” [naruto 030907]


[1] Deepak Chopra, Fire In The Heart.
[2] Shaman king

REVOLUSI [Part 1]

Keheningan ini…

Laksana kebisuan yang terpendam ratusan tahun.

Ada gelisah di sini…

Menggerogoti selaput syaraf yang membeku.

Ingin rasa terbang lepas dari semua ini…

Tapi hati mulai terbiasa jalani segala.

Ketidakmampuan memaksaku berhenti melangkah,

Bahkan sebelum aku terjatuh dengan sendirinya.

Namun…

Meski semua begitu mengekang,

Aku kan tetap tenang.

Karena jiwaku masih bersamaku.

Kan kugoreskan tinta merah yang berasal dari darah perjuanganku

Hanya untuk menuliskan satu kata…


REVOLUSI!

(Fajar)

PARADOKS

Hi! Pa kabar...?

What’s up...

Entah dari mana aku harus memulainya, aku juga bingung. Sebab memang sudah lama sekali aku tidak menorehkan karyaku di kertas lusuh seperti ini. Entah sejak kapan aku berhenti, aku tak tau pasti. Tapi yang pasti kutau adalah bahwa sudah lama sekali aku tidak melakukannya.

Kadang aku merenung dan kemudian tertawa sendiri ketika sadar dengan kelakuanku. Aku sering memberikan semangat kepada orang-orang agar terus berkarya tanpa peduli apakah berkarya bersama atau sendirian. Aku terus mengajari orang-orang bahwa meskipun sendirian kita tetap dapat berkarya, dan karya kita akan semakin bernilai karena kitalah satu-satunya orang yang berkarya. Tapi kenyataannya adalah justru aku yang tidak melakukan apa-apa. Lucu khan..?!

Aku selalu memandang kehidupan ini adalah seni, jadi aku menjalaninya sebagai seorang seniman kehidupan yang memandang semuanya sering kali bertolak belakang dengan pandangan orang lain. Aku banyak mempelajari bahwa sebenarnya apa-apa yang kita alami dalam kehidupan yang kita jalani selama ini adalah baik, meski sering kali kita tidak menyadarinya. Dan tak jarang kita menilainya buruk. Di situlah seninya!

Tau maksudku?

Mungkin jawabannya tidak. Tapi aku yakin kalian mulai menyadarinya.

Aku pernah mendengar pernyataan begini:

“Kenapa Tuhan begitu jahat? Orang-orang miskin banyak yang mati karena berbagai musibah. Ada yang tertimbun tanah longsor, ada yang terkena tsunami, ada yang tertimpa pohon tumbang karena angin, dan berbagai musibah lainnya. Dan bayangkan! Yang mati tidak satu atau dua orang saja, melainkan puluhan bahkan ada yang ratusan. Tuhan seperti gangster yang sering membantai orang-orang lemah”.

Kemudian seorang yang (menurutku) bijaksana tapi humoris, dengan santai dan sambil tersenyum menjawab:

“Kamu tau ga? Justru Tuhan itu baik. Kalau ga baik, pasti Tuhan ga langsung membunuh mereka. Tuhan bakalan kasih mereka sakit jantung, stroke parah, kanker, atau penyakit lainnya yang kamu tau sendiri khan? Biaya berobatnya mahal. Tuhan bakal bikin mereka keluarin biaya yang sangat mahal, yang mungkin mereka ga akan sanggup bayar, kemudian baru Tuhan akan cabut nyawa mereka. Tapi kenyataannya, justru karena Tuhan itu baik makanya Tuhan kasih mereka mati gratis”.

Bagaimana sekarang, sudah mulai mengerti?

Kuharap begitu. Pernyataan di atas sebenarnya hanyalah contoh kecil dari banyak kejadian yang kita alami di sekitar kita. Hanya saja mungkin kita tidak menyadarinya. Sering kali kita mengeluhkan ini itu, padahal yang seharusnya kita lakukan adalah bersyukur. Tapi lagi-lagi aku memandangnya sebagai seni. Kita melakukan hal yang bertentangan dengan yang seharusnya. Tapi lagi, menurutku keluhan-keluhan kita juga bisa berarti sebagai ungkapan syukur kita atas apa yang telah terjadi, karena itu menunjukkan bahwa kita masih peduli dengan apa yang terjadi. Karena menurutku peduli merupakan salah satu ekspresi dari rasa syukur itu. Setuju? (tidak juga tidak apa-apa). (Fajar)

Jumat, 18 Desember 2009

Minggu, 11 Januari 2009

ALTRUISME [ITSAR]

الإيثار أحسن الإحسان وأعلى مراتب الإيمان “Berkorban untuk orang lain adalah kebajikan yang paling baik, dan merupakan derajat iman yang tertinggi.”
A. PENDAHULUAN Dalam kehidupan di dunia ini, manusia telah dilengkapi berbagai fasilitas yang akan mengantarkan manusia menuju kepada kebahagiaan baik itu di dunia maupun di akhirat. Allah yang Maha Bijaksana telah mengutus Rasulnya yang pada dirinya adalah sumber tauladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. ajaran yang dibawa oleh rasulullah tidak pernah bertentangan denga fitrah manusia yang selalu mendamba kebahagiaan. selain mengajarkan tata cara dalam hubunganya dengan Allah (ibadah) serta mengajarkan manusia bagaimana etika dan sikap yang seyogyanya manusia lakukan terhadap sesama. Rasulullah juga menganjurkan manusia untuk mensucikan dan mengintrospeksi diri, mengingat Allah Swt, saling menasehati, qana’ah (rendah hati), dan juga itsar (altruisme). Dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana konsep altruisme dalam berbagai perspektif. Itsar atau altruisme yang ternyata adalah ajaran setiap agama baik agama samawi maupun ardhi merupakan pembahsan yang sangat menarik bila kita hubungkan dengan psikologi ataupun filsafat. Dalam ajaran islam yang tertuang dalam Al-Quran maupun hadis terdapat banyak sekali contoh-contoh tentang itsar. B. PEMBAHASAN Definisi Altruisme berasal dari bahasa Perancis yaitu autrui yang artinya "orang lain"turunan dari kata latin Alter. Secara epistimologis, altruisme berarti: 1. Loving others as oneself. 2. Behaviour that promotes the survival chances of others at a cost to ones own. 3. Self-sacrifice for the benefit of others.1 Istilah Altruisme diciptakan oleh Auguste Comte -- Penggagas filsafat positivisme. Dalam karyanya, Catechisme Positiviste,2 Comte mengatakan bahwa setiap individu memiliki kehendak moral untuk melayani kepentingan orang lain atau melakukan kebaikan kemanusiaan tertinggi ("greater good" of humanity). Kehendak hidup untuk sesama merupakan bentuk pasti moralitas manusia, yang memberi arah suci dalam rupa naluri melayani, yang menjadi sumber kebahagiaan dan karya. Sebagai sebuah doktrin etis, altruisme berarti melayani orang lain dengan menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri. Altruisme merupakan kehendak pengorbanan kepentingan pribadi. Tindakan ini seringkali disebut sebagai peniadaan diri atau pengosongan diri. Altruisme termasuk sebuah dorongan untuk berkorban demi sebuah nilai yang lebih tinggi, entah bersifat manusiawi atau ketuhanan. Tindakan altruis dapat berupa loyalitas. Kehendak altruis berfokus pada motivasi untuk menolong sesama atau niat melakukan sesuatu tanpa pamrih, berupa ketetapan moral.3 Altruisme adalah perbuatan mengutamakan orang lain dibanding diri sendiri. perbuatan ini adalah sifat murni dalam banyak budaya, dan merupakan inti dalam banyak agama. Dalam budaya Inggris, konsep ini sering diperihalkan sebagai peraturan keemasan etika. Dalam Buddhisme, ia dianggap sebagai sifat asas bagi fitrah manusia. Perilaku altruistik tidak hanya berhenti pada perbuatan itu sendiri. sikap dan perilaku ini akan menjadi salah satu indikasi dari moralitas altruistik. Moralitas altruistik tidak sekadar mengandung kemurahan hati atau belas kasihan. Ia diresapi dan dijiwai oleh kesukaan memajukan sesama tanpa pamrih. Karena itu, tindakannya menuntut kesungguhan dan tanggung jawab yang berkualitas tinggi. Perspektif Psikologi Dalam sebuah wawancara dengan Sri Rahayu Astuti, Dra., M.Si, pakar Psikologi Sosial dari Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran di kampus Psikologi Universitas Padjadjaran, Jatinangor, tentang apakah altruisme itu merupakan tindakan atau motif, ia menjelaskan bahwa: “Ketika kita berbicara tentang altruisme lebih khususnya perilaku altruistik maka akan terkait dengan prosocial behaviour (tingkah laku prososial). Di dalam prosocial behaviour terdapat prosocial motive (motif prososial) yang nantinya akan digali lebih dalam menjadi altruistic as motive (altruistik sebagai motif) dan altruistic as behaviour (altruistik sebagai perilaku). Altruistic as behaviour, pemahamannya adalah menolong orang lain, membuat orang lain senang. Tetapi membuat orang lain senang itu didasari oleh dua faktor. Yang pertama saya benar-benar tidak peduli siapa kamu, dari mana kamu, pokoknya saya menolong. Ketika saya melihat kamu tidak nyaman maka saya akan menolong. Ini dinamakan eksosentris. Yang kedua saya menolong kamu kalau saya mempunyai suatu keuntungan dari menolong kamu tersebut. Ini dinamakan endosentris. Altruistic as motive berarti menolong orang lain betul-betul murni berasal dari dalam dirinya dia dan ditujukan untuk kepuasan orang lain tanpa memperhitungkan atau memperdulikan apa-apa. Dan hal inilah yang saya lebih tekankan dalam bahasan tentang altruisme.“4 Altruistik; Doktrin Agama Altruistik diajarkan dalam agama. Dari sudut pandang teologi, altruistik merupakan suatu tindakan yang dijiwai oleh panggilan ilahi. sedangkan dalam tasawwuf, altruistik merupakan salah satu tujuan. Pandangan Kristen Altruisme merupakan ajaran utama Yesus dalam Kitab Suci. Hukum tertinggi dalam ajaran Yesus menekankan kasih terhadap sesama, seperti kasih terhadap diri sendiri. Ajaran yang dapat disebut sebagai suatu etika altruis. Suatu tindakan altruis adalah tindakan kasih yang dalam bahasa Yunani disebut agape. Agape adalah tindakan mengasihi atau memperlakukan sesama dengan baik semata-mata untuk tujuan kebaikan orang itu, tanpa dirasuki oleh kepentingan orang yang mengasihi. Maka, tindakan altruis pastilah selalu bersifat konstruktif, membangun, memperkembangkan dan menumbuhkan kehidupan sesama. Rasul Paulus mengatakan bahwa, “kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri”. St. Thomas Aquinas dalam karyanya Summa Theologia, I:II Quaestion 26, Article 4 menyatakan bahwa, kita harus mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Tafsiran St. Thomas terhadap kutipan Paulus merupakan ajakan untuk mengusahakan kebaikan bersama lebih daripada kepentingan diri sendiri, karena kebaikan bersama sangat dirindukan dan sangat baik untuk kehidupan.5 Pandangan Islam Kualitas iman atau agama justru harus diukur dari tindakan altruistik seseorang. sebagaimana hadis Rasulullah saw: “Berkorban untuk orang lain adalah kebajikan yang paling baik, dan merupakan derajat iman yang tertinggi.” Seorang yang mengaku beragama atau beriman mestilah jiwa dan ruhaninya diresapi kasih sayang terhadap sesama tanpa bersikap diskriminatif dan primordialistik. orang beriman adalah orang yang diri dan apapun yang dimilikinya telah diberikan hanya untuk berjuang dijalan Allah. mereka bertindak hanya berdasar pada pertimbangan keimanan dan kepasrahan kepada Allah semata. Dalam al-Quran surat al-Hasyr ayat 9 disebutkan: .....ويؤثرون عـلى انفسهم ولو كان بهم خصاصة..... “.....dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)....” Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa seorang laki-laki menghadap Rasulullah saw, dan berkata: “Ya Rasulullah! saya lapar.” Rasulullah meminta makanan dari istri-istrinya, akan tetapi tak ada makanan sama sekali. kemudian Rasulullah saw bersabda: “siapa di antara kalian yang pada malam ini bersedia memberi makan kepada tamu ini? Mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepadanya. Seorang Anshar menjawab: “saya, ya Rasulullah.” Ia pun pergi kepada istrinya dan berkata: “suguhkan makanan yang ada kepada tamu Rasulullah!” Istrinya menjawab: “demi Allah tidak ada makanan kecuali sedikit untuk anak-anak.” suaminya berkata: “bila mereka ingin makan, tidurkan mereka dan padamkan lampunya. biarlah kita menahan lapar pada malam ini.” Istrinya melaksanakan apa yang diminta suaminya. Keesokan harinya Rasulullah bersabda: “Allah kagum dan gembira karena perbuata suami istri itu.” Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melukiskan perbuatan orang yang memperhatikan kepentingan orang lain.6 Sementara itu Imam Ghazali membagi Itsar dalam 3 tingkatan:7 Anda menempatkan orang lain seperti halnya pembantu. Anda memberikan sisa-sisa anda kepadanya dan ini adalah tingkatan paling rendah. Anda menempatkan orang lain seperti diri anda sendiri, apa yang anda ambil seperti itulah yang juga anda berikan kepadanya. Anda menempatkan orang lain di atas anda. Anda mengutamakan kebutuhannya daripada diri anda sendiri. Dalam pembagian tersebut, tampaknya al-Ghazali ingin memberikan gambaran tentang berbagai perilaku pengorbanan yang dilakukan manusia. namun sebenarnya menurut penulis, poin pertama bukan merupakan sikap altruistik yang diajarkan oleh islam. Dalam Islam, ketika memberi sesuatu maka berilah sesuatu yang paling dicintai, bukan barang sisa. Ciri utama moralitas altruistik adalah pengorbanan. Pemberian bantuan yang didasarkan pada kebutuhan sesama disebut sebagai tindakan filantropik. Karena itu, tindakan altruistik menjadi suatu yang diidealkan dalam ajaran-ajaran agama. Bahwa sesama manusia harus dikasihi. Didukung Filsafat Bukan hanya para penganjur agama seperti para nabi yang menganggap altruisme sebagai pilihan terbaik manusia dalam mengelola hidupnya dengan sesama. Bahkan para filsuf berpendirian bahwa altruistik adalah pilihan terbaik bagi kehidupan bersama umat manusia. Sir Charles Erlington umpamanya mengemukakan, bekerja sama telah terbukti lebih berhasil dari pada berkompetisi dalam proses evolusi. Friedrich Nietzsche menegaskan bahawa altruisme mendasarkan andaian bahawa orang-orang lain adalah lebih penting berbanding diri sendiri, dan kedudukan sebegini merendahkan maruah. Beliau juga menuntut bahawa orang-orang Eropa amat jarang mempertimbangkan pengorbanan kepentingan diri sendiri untuk orang lain sehingga selepas kemunculan agama Kristian.8 Dalam bidang politik, bisnis, dan kehidupan sosial lainnya, acapkali dibutuhkan suatu bentuk pengorbanan untuk kemajuan bersama yang lebih baik. Kebiasaan pejabat tertentu mundur demi memberi kesempatan pada orang lain yang lebih muda atau lebih potensial, adalah bentuk kerja sama dan pengorbanan yang diperlukan untuk memberi manfaat yang berharga dan untuk tujuan lebih luhur bagi kemanusiaan. Walaupun Darwin mengajarkan survival of the fittest sebagai hukum evolusi, ternyata bahwa hukum itu tidak semata-mata dijalani dengan berkompetisi dan cenderung mengorbankan pihak lain dan orang lain, tetapi juga, secara alamiah hukum itu mengandung makna pengorbanan. Memang tidak mudah memahami ada manusia bersedia mengorbankan kepentingannya sendiri untuk kebaikan orang lain. Nietzsche umpamanya menyebut kesediaan berkorban dan kerendahan hati sebagai suatu mental budak, mental orang-orang yang tak sanggup berjuang dan orang-orang yang mudah menyerah. Dalam era globalisasi sekarang ini, memang muncul paradoks dalam relasi antarmanusia. Di satu pihak, persaingan atau kompetisi begitu kuat dipacu oleh pemimpin-pemimpin politik dan bisnis. Namun di pihak lain, muncul orang- orang yang merelakan dirinya, menempuh bahaya dan risiko untuk kepentingan orang lain. Ketika terjadi bencana yang begitu besar, kita menyaksikan dengan penuh haru kesediaan banyak orang menyediakan diri menolong sesama tanpa pamrih. Kita sering menjadi malu sebagai bangsa, solidaritas dari mereka yang sering kita anggap sebagai manusia individualistik dan egoistik justru memperlihatkan praktik hidup altruistik atau sekurang-kurangnya filantropik. Sebenarnya tindakan altruistik masih sangat banyak kita temukan pada para pengabdi kemanusiaan yang tulus dan ikhlas membantu sesamanya: para dokter, guru, pekerja sosial, agamawan dan lain-lain golongan manusia yang menjalankan tugas dan profesinya tanpa pamrih. Memang banyak juga, mungkin lebih banyak, yang sangat komersial dan egoistik, melihat sesamanya sebagai komoditas yang memberikan keuntungan. Contohnya orang-orang yang berjuang untuk kepentingan sesama, menjadi bukti bagi kita bahwa sebenarnya tindakan altruistik masih menjadi suatu kerangka moral manusia yang bernilai tinggi. Filantropis memang berbeda dengan altruistik. Filantropis berarti kesediaan membantu sesama yang membutuhkan, baik dalam bentuk uang, barang maupun waktu. Namun, tindakan filantropis memang sangat tipis bedanya dengan tindakan altruistik. Di seluruh dunia, lembaga-lembaga agama, perusahaan dan perkumpulan orang perorangan telah lama mengorganisir usaha-usaha kemanusiaan filantropis. Usaha-usaha filantropis ini telah memunculkan banyak organisasi kemanusiaan yang dikenal dengan LSM. Lepas dari adanya "bisnis" dalam usaha-usaha kemanusiaan ini, jelaslah bahwa tindakan-tindakan filantropis baik yang dilakukan oleh organisasi maupun oleh perorangan dalam memberi dana, harta dan waktunya, dapat menjadi cikal bakal tindakan altruistik. Walaupun gagasan filantropis sangat ideal, tidak sedikit disalahgunakan oleh orang tertentu. Banyak yang bersedia menjadi relawan karena bergaji besar, sehingga hakikatnya sebagai relawan bisa dipersoalkan. Ada relawan yang tiba-tiba menjadi jutawan baru dan tanpa malu-malu mengantongi gaji yang sangat besar dengan dalih menolong sesama. Kewajiban Baik altruisme maupun filantropis mengandung kewajiban moral dan kesadaran moral. Pejabat negara misalnya, mempunyai kewajiban moral untuk mengutamakan kepentingan rakyat atau masyarakat melampaui kepentingan diri atau golongannya. Memang kewajiban moral seorang pejabat tidak bisa dikategorikan sebagai tindakan filantropis apalagi altruistic, sebab kewajibannya terkait dengan imbalan yang ia terima. Justru persoalannya adalah kewajiban moral para pejabat negara pun tidak dengan sendirinya dilaksanakan. Sebaliknya acap kali, atau bahkan seringkali, pejabat negara justru masih mengkomersialkan kewajiban moralnya. Suburnya korupsi di Indonesia, berakar dalam pupusnya idealisme altruistik dan filantropik pada pejabat dan pegawai negeri tertentu. Karena itu, sudah sewajarnya apabila dalam proses fit and proper test seorang calon pejabat negara, dan dalam proses penerimaan pegawai negeri, kewajiban moral yang terkait dengan altruistik dan filantropis ini dipertimbangkan. Sebagai kesadaran moral, tindakan altruistik dan filantropis seharusnya lahir dari panggilan luhur hati nurani untuk memperlakukan sesama sebagai makhluk yang memiliki harkat dan martabat yang tinggi. Dalam hal itu, altruistik dan filantropis sesuai dengan tuntutan HAM. Menurut rumus Kaidah Emas (Golden Rule): "memperlakukan orang lain sebagaimana saya ingin diperlakukan oleh orang lain" yang ada dalam setiap agama, maka moralitas altruistik dan filantropis tidak lain dari kesadaran keagamaan dan kemanusiaan yang paling hakiki. C. PENUTUP Karena hanya manusia yang bermoral maka seharusnya setiap manusia mempunyai kesadaran altruistik dan filantropis. Supaya kesadaran moral altruistik dan filantropis operasional dalam kenyataan hidup masyarakat, sifat itu mestinya menjadi muatan pendidikan budi pekerti dan pendidikan agama yang diberikan kepada anak didik. Kepedulian terhadap sesama, solidaritas sosial dan kesediaan berbagi merupakan nilai-nilai yang perlu ditanamkan dan dibiasakan kepada anak didik sejak dari rumah, sekolah, dan di masyarakat.
Oleh : Fajar Rianto
REFERENSI http://www.altruists.org/about/altruism/ http://lulukwidyawanpr.blogspot.com/2007/06/semangat-altruisme.html http://muslimahcorner.blogspot.com/2006/06/tiga-tingkatan-itsar.html August Comte , Catechisme positiviste (1852) atau Catechism of Positivism, diterjemahkan oleh R. Congreve, (London: Kegan Paul, 1891) http://dotadotkom.multiply.com/journal/item/9 Nietzsche, Friedrich , Melewati Kebaikan dan Kejahatan (Beyond Good and Evil) K.H.Q. Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul,CV Penerbit Diponegoro: Bandung. 2003. 1 http://www.altruists.org/about/altruism/ 2 August Comte , Catechisme positiviste (1852) atau Catechism of Positivism, diterjemahkan oleh R. Congreve, (London: Kegan Paul, 1891) 3 http://lulukwidyawanpr.blogspot.com/2007/06/semangat-altruisme.html 4 http://dotadotkom.multiply.com/journal/item/9 5 Op.cit 6 K.H.Q. Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, hal. 558-559 7 http://muslimahcorner.blogspot.com/2006/06/tiga-tingkatan-itsar.html 8 Nietzsche, Friedrich , Melewati Kebaikan dan Kejahatan (Beyond Good and Evil)